Palembang pernah dijuluki Venesia dari Timur. Sebab,
Palembang memiliki banyak sungai. Lalu lintas perahu di sungainya pun ramai.
Selain itu, dulu, banyak orang di Palembang tinggal di rumah rakit.
Rumah Apung
Rumah rakit adalah rumah yang dibangun
diatas rakit. Rumah ini mengapung di tepi sungai Musi. Agar tidak hanyut
terbawa arus, rumah diikat pada serdang (penambang). Satu rumah rakit, rata-
rata perlu 6 buah serdang.
Rumah rakit sudah ada sejak zaman
kesultanan Palembang. Dulu, yang tinggal di rumah rakit adalah orang asing.
Sebab pada saat itu, orang asing tidak boleh membangun rumah di darat. Padahal,
banyak orang asing hidup di Palembang pada saat itu. Terbayangkan, betapa
ramainya sungai Musi pada masa lalu
Unik, tapi mahal
Rumah rakit dibangun dari kayu. Agar
mengapung, di bawahnya ditopang lanting. Lanting adalah kumpulan batang bambu
diikat menjadi satu. Satu lanting terdiri dari 100 bambu. Untuk mengapungkan
rumah berukuran 9
12
meter, diperlukan 7 Lanting. Padahal , setiap tahun bambu- bambu ini harus di
ganti dengan yang baru. Harga satu lanting sekitar Rp. 3.500.000,00. Harga 7 lanting
berarti Rp. 24.500.000,00. Itu baru bambunya saja, belum bagian rumah yang lainnya.
Rumah rakit memang unik. Sayang, biaya perawatannya sangat Mahal.
Kian Punah
Rumah rakit masih dapat kita lihat di
Sungai Musi. Namun, jumlahnya tinggal sedikit. Banyak orang memilih membangun
rumah di darat, karena lebih murah. Daerah di Sungai Musi yang masih terdapat
rumah rakit misalnya Kertapati. Di Kertapati, kita masih dapat jumpai rumah
tinggal, toko kelontong, bengkel kapal, dan pom bensin di atas rakit.
Rumah rakit merupakan salah satu jejak sejarah kota Palembang. Sayang,
jejak sejarah itu kini kian menghilang.
0 komentar:
Posting Komentar